Entri Populer

Minggu, 27 Maret 2011

Nama : Tri Astuti
Kelas : 1EB21
NPM   : 29210341
"Makalah Perekonomian Indonesia"


KATA  PENGANTAR

            Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Perekonomian Indonesia. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari internet. Kami telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang Perekonomian Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini  sangat bemanfaat bagi kami pada khususnya, dan bagi mahasiswa pada umumnya. Karena melalui makalah ini, kami banyak belajar terutama tentang Perekonomian Indonesia.
            Tak lupa kami mengucapapkan terima kasih kepada Bapak Aris Budi Setyawan sebagai dosen Perekonomian Indonesia yang telah memberikan kepada kami untuk bisa belajar banyak hal tentang Perekonomian Indonesia.
            Akhir kata. Kami mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan yang tedapat dalam makalh ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
                                                           

Bekasi,31 Maret 2011


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan yang terjadi dalam perekonomian dunia semakihn lama berlangsung semakin cepat dan sulit diprediksikan, sejalan dengan semakin lajunya kemajuan ilmupengetahuan. Perombakan gaya hidup yang dahulu memerlukan waktu sampai sekian dasawarsa atau bahkan berabad-abad lamanya, kini bisa terjadi dalam waktu beberpa tahun saja. Apa yang disebut sebagai interdependensi ekonomi bukan lagi sekedar kata-kata kosong diatas kertas, melainkan sudah benar-benar hadir dan terasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kondisi ini kita dituntut untuk berbenah diri. Menyonsong aneka tantangan dan perubahan yang serba tidak terduga dan susul menyusul itu. Hanya yang siap saja yang akan bertahan dan terus maju. Sedangkan yang lalai harus menerima nasib terombang-ambing, terseret oleh deru globalisasi. Lantas sejauh mana kita bangga terhadap kemajuan perekonomian Indonesia? Akan mampukah kita bertahan dan menapaki kemajuan perekonomian Indonesia. Meski masih banyak aspek aspek yang masih harus diperbaiki, namun hal itu tidak menyurutkan kebanggaan saya terhadap bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan uraian di atas dan dalam upaya memberikan penjelasan, maka permasalahan yang penulis rumuskan dalam penulisan ini ialah sebagai berikut:

a.    Sejauh mana kebanggan kita terhadap bangsa Indonesia?
b.    Perkembangan Perekonomian Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan
Selain untuk melengkapi tugas dari mata kuliah Perekonomian Indonesia, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan informasi tentang arti serta hal hal yang berhubungan dengan kebanggan kita terhadap perekonomian Indonesia.

1.4 Metode Penulisan
Penyusunan sebuah makalah memerlukan suatu metode penulisan yang tepat guna memudahkan peneliti dalam menemukan, merumuskan, serta memecahkan permasalahan yang ada, sehingga dapat mengungkapkan suatu kebenaran.
Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah : Studi Pustaka Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini dan juga dengan mendapatkan sumber-sumber dari media elektronik pada segi waktu dan tempat yang berbeda . Hal ini perlu dilakukan agar penyampaian informasi lebih akurat kepada pembaca di segala pihak , tak lengkap rasanya tanpa adanya penunjang didalamnya sebagai upaya peningkatan kebutuhan yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aku Bangga Indonesia
Aku bangga Indonesia, tanah air beta, luas wilayahnya, dengan kekayaan luar biasa, bila terbagi merata maka makmurlah rakyatnya, Aku bangga Indonesia, dengan bermacam suku bangsa, dan ragam bahasa, hidup damai bersama, menjunjung tinggi bhineka tunggal ika, Aku bangga Indonesia, benar-benar kaya, kreasi seni budaya, dengan ratusan juta jiwa rakyatnya, yang senantiasa ringan bekerja, menyanyikan lagu-lagu semesta Aku bangga Indonesia, walau pernah terjajah, tapi akhirnya bisa merdeka, mimpi-mimpi yang tercipta, membangun Indonesia, mewujudkan masyarakat adil, makmur merata, mencerdaskan kehidupan bangsa, Aku bangga, benar-benar bangga, Indonesia, Indonesia, Indonesia Raya, dari berbagai cerita dan apa yang terbaca, sejak kecil hingga SMA, tertanam di dalam kepala, bangkitkan asa, kelak berbuat untuk bangsa dan Negara tercinta Aku bangga, aku bangga, aku bang……ga… ga….ga…
Indonesia tanah air beta, luas wilayahnya tak terjaga, lalu senangnya salahkan tetangga Indonesia kaya raya, jutaan orang menderita, berebut rejeki, mempertaruhkan nyawa Indonesia bangsa ber-bhineka, yang kehilangan tunggal ika, akhirnya konflik merajalela Usang sudah berbagai cerita, hanya menjadi kisah tanpa makna, yang beterbangan sekedar melintas di kepala dan telinga, sedang anak-anak lebih suka berfantasi dalam dunia maya Aku tetap bangga Indonesia, kuyakin kau pun juga, sendiri bukan apa-apa, pastilah kuat bila bersama, dalam karya dan kerja, selain bicara
Bukanlah kejahatan mempersoalkan para penguasa bila bersekutu dengan pengusaha dan para mafia, mengeruk kekayaan indonesia, tapi bukan lagi kita si empunya, tidak mendapat apa-apa, justru sering menjadi tumbal belaka Bukanlah kejahatan mempersoalkan para wakil kita, yang telah mendapat fasilitas di atas rata-rata, tetapi hanya tidur saja, ketika memperbincangkan dan mengambil keputusan tentang nasib bangsa dan Negara Bukanlah kejahatan membongkar pelaku tukang jebol uang Negara, siapapun mereka, yang hanya mementingkan kroni-kroninya, tanpa peduli jutaan jiwa, yang terus saja bekerja, tapi tak berubah nasib hidupnya Bukanlah kejahatan menuntut secara terbuka, pengusutan dan penyelesaian berbagai kisah duka, tentang melayangnya nyawa-nyawa, tentang hilangnya orang-orang yang berani bicara
Aku bangga, kau juga tentunya bangga, memang kita tak bisa menutup mata, selayaknyalah terus bicara dan bekerja, membangun bangsa dan Negara, dimulai dari apa yang kita bisa, tak sungkan berhadapan dengan penguasa, pengusaha dan para mafia, ini Negara kita si empunya, yakinkan saja, ini bukan bualan belaka, ayo segera kita coba….. Indonesia Raya, merdeka, merdeka, hiduplah….. Indonesia Raya…..

2.2 Perkembangan Ekonomi Indonesia
Siapa bilang perekonomian Indonesia terpuruk? Komentar itu mungkin hanya datang dari orang-orang yang tak senang dengan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono saja. Tapi analisis objektif untuk mengukurnya, bisa dilihat dari ukuran Bank Dunia. Lembaga internasional itu justru menuji habis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6,2 persen pada kuartal II 2010. Bahkan, Bank Dunia menilai ini merupakan pertumbuhan pesat semenjak krisis global. "Ini adalah pertumbuhan pesat sejak krisis, bahkan lebih besar dibandingkan banyak perekonomian besar lainnya," ucap Ekonom Senior Bank Dunia Enrique Blanco Armas dalam Indonesia Economic Quarterly di Jakarta Selasa 28 September 2010. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh permintaan domestik terutama konsumsi pribadi yang menjadikan tingkat impor meningkat.
Bank Dunia menilai target pertumbuhan 7 persen pada 2014 merupakan target yang realistis jika pemerintah melakukan investasi lebih besar pada infrastruktur, membangun keterampilan dan meningkatkan produktivitas. "Investasi diperkirakan akan meningkat seiring dengan perbaikan akses kredit bagi investor, serta peningkatan belanja modal yang direncanakan pada 2011,"ucapnya.
Kepercayaan terhadap Indonesia telah mengalami pemulihan ditandai dengan masuknya arus modal sebesar US$ 7,3 miliar selama Juni-Agustus 2010. Tantangan ke depan, menurut Enrique, adalah bagaimana menghadapi tekanan inflasi dan memastikan capital inflow stabil dan berkelanjutan. "Capital inflow diharapkan bisa membantu memenuhi potensi pertumbuhan Indonesia," tandasnya lagi. (irw)
Kemajuan ekonomi yang dicapai Indonesia saat ini tak lepas dari  hasil proses demokratisasi yang semakin mengakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini juga merupakan buah dari proses reformasi di Indonesia  yang telah bergulir selama dua dekade ini. Demikian ungkap  Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, Eddy Pratomo dalam konferensi internasional “The Berlin International Economics Congress 2011: An International Conference on the Future of Nation Branding, Tourism and International Investments in a Globalized World” di Berlin, Jumat (11/3).
Lebih jauh Dubes Pratomo menjelaskan berbagai capaian upaya Indonesia sebagaimana yang tercatat dalam berbagai indikator ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,1% di tahun 2010, meningkat dari 5,45% dari tahun sebelumnya.  Volume perdagangan luar negeri yang tercatat hingga Oktober 2010 juga melonjak ke angka  1,2 milyar US$,  sementara total investasi meningkat sebanyak 54% dengan nilai total sebesar 22,95 milyar US$. 
Dalam pidatonya yang berjudul Tourism, Trade and Investment in Democratic Indonesia : Quest for Sustainable Development tersebut. Dubes Pratomo lebih lanjut mengungkapkan bahwa  konsekwensi logis dari faktor-faktor tersebut adalah terciptanya landasan yang semakin kokoh bagi upaya peningkatan  sektor pariwisata Indonesia.  Kebijakan pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia juga dituangkan dalam pengembangan eco-turisme di dalam sector industry wisata Indonesia.
Konferensi yang diselenggarakan oleh the Institute for Cultural Diplomacy ini berjalan secara paralel dengan ITB Berlin 2011. Event ini  dihadiri oleh tidak kurang dari 100 peserta yang bertujuan mendorong kerjasama di bidang pariwisata, perdagangan, dan pariwisata antar negara-negara di dunia. The Berlin International Economics Congress 2011  menghadirkan pembicara dari kalangan tokoh-tokoh politik dan ekonomi internasional, duta besar perwakilan diplomatik di Berlin, akademisi, dan LSM. 
Selain Duta Besar RI untuk Jerman, beberapa tokoh dan pejabat tinggi yang juga berbicara dalam Forum tersebut antara lain adalah PM Namibia, Menteri Pariwisata Ghana, Menteri Pariwisata Jamaika, Menteri Pariwisata Zimbabwe, Mantan PM Sudan, mantan Presiden Ekuador, Dubes Singapore untuk Republik Federal Jerman, dan Direktur UN World Tourism Organization (WTO).
Menyoal sisi pariwisata sebagai salah satu sendi perokonomian Indonesia, Dubes RI dalam kesempatan wawancara dengan media Jerman usai konperensi tersebut juga menjelaskan national tourism branding terbaru Indonesia yaitu ’Wonderful Indonesia’ yang mengedepankan keindahan alam, keragaman budaya, keramahtamahan masyarakat, Hal ini juga didukung dengan pelayanan wisata yang berkualitas dengan biaya yang lebih bersaing.
“Telah banyak capaian Indonesia dalam menciptakan save and peaceful Indonesia yang merupakan faktor penting dalam menarik wisatawan asing, seperti keberhasilan dalam menangani terorisme dan dialog antar umat beragama, serta terutama dinamika kehidupan berdemokrasi di Indonesia,” pungkas Dubes Pratomo. 
“Apa arti kemajuan dalam perekonomian Indonesia?” begitu kira kira pertanyaan Bu Oemi. Saya pun segera tahu bahwa ini bukan pertanyaan mudah, karena dia adalah mantan dosen saya.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban yang tepat, saya pun sekenanya menjawab “Perekonomian Indonesia dikatakan telah maju antara lain bila terjadi peningkatan penjualan mobil dan konsumsi semen.” Bu Oemi terheran-heran, “Benar itu? Anda bercanda?” Saya katakan saya agak bercanda, tetapi itu serius. Dua variabel itu memang sering dipakai dalam mengukur kemajuan ekonomi kita. Setelah kami berpisah, pertanyaan Bu Oemi terus mengganggu saya. Apa arti kemajuan perekonomian Indonesia?
Apanya yang maju? Siapa yang maju? Kenapa disebut maju? Saya belum sempat mengatakan ke Bu Oemi bahwa Indonesia menggunakan variabel yang disebut coincident economic index (CEI),yang mengukur apa yang terjadi dengan perekonomian saat ini, saat variabel itu diukur.Variabel ini diukur antara lain dengan penjualan mobil dan konsumsi semen. Makin banyak penjualan mobil dan konsumsi semen, makin baiklah perekonomian kita. Sejak Februari 2009, indeks ini terus menguat, yang berarti perekonomian Indonesia terus membaik.  “Mengapa penjualan mobil dan konsumsi semen merupakan indikator perbaikan ekonomi Indonesia?” terbayang Bu Oemi akan mengajukan pertanyaan itu.
“Sebab, selama ini terjadi korelasi kuat antara CEI dengan pertumbuhan produksi nasional, atau yang sering disebut juga dengan pertumbuhan pendapatan nasional.” “Kalau pengukurnya antara lain penjualan mobil, berarti kemacetan lalu lintas menandakan kemajuan perekonomian?” Bu Oemi menyela lagi. “Betul Bu” jawab saya. “Lihat saja di banyak daerah dan di pedesaan. Orang akan bangga kalau daerahnya makin ramai dengan kendaraan. Mereka tidak peduli dengan kepadatan kendaraan dan polusi udara serta suara bising karena kendaraan.” Bu Oemi sedih mendengar jawaban saya. “Anda tadi juga menyebutkan bahwa konsumsi semen termasuk salah satu indikator perbaikan ekonomi Indonesia?”
“Ya,Bu. Artinya, makin banyak gedung dibuat, makin banyak tanah tertutup semen, makin baiklah perekonomian kita.” “Jadi, banjir dan macet di Jakarta itu pertanda makin majunya perekonomian Jakarta?” tanya Bu Oemi “Ekonom kok aneh ya?” Itu belum terlalu aneh, saya melanjutkan, ada lagi variabel yang disebut leading economic index (LEI). Indeks ini untuk melihat apakah ekonomi akan maju dalam enam sampai12 bulan ke depan. Salahsatu variabelnya adalah izin mendirikan bangunan. Makin banyak izin dikeluarkan untuk mendirikan bangunan, perekonomian diharapkan akan terus berkembang dalam 6–12 bulan ke depan.
“Maka, Ibu jangan kaget kalau Jakarta terus-menerus banjir dan macet.” Terbayang,  Bu Oemi ingin mendengar yang “lucu-lucu” lagi mengenai perekonomian Indonesia. Maka, saya ceritakan bahwa perekonomian Indonesia juga dikatakan sudah semakin maju kalau kita makin sering melihat turis asing di Indonesia. Kedatangan turis asing memang merupakan salah satu pengukur LEI. Meningkatnya jumlah turis dalam negeri tidak penting untuk perekonomian Indonesia. “Jadi, itu yang namanya kemajuan perekonomian Indonesia? Tetapi, apa arti pembangunan ekonomi? Bukankah pembangunan ekonomi bukan sekadar pertumbuhan ekonomi? Ekonomi yang tumbuh pesat apakah berarti masyarakat tambah sejahtera?” Itu mungkin pertanyaan yang akan diajukan oleh Bu Oemi. Karena saya belum tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu, saya akan ceritakan ke Bu Oemi, bahwa perekonomian akan terus membaik bila masyarakat bertingkah laku yang boros. Bila masyarakat tidak suka menabung, tetapi suka pinjam,pinjam,dan pinjam; kemudian, belanja,belanja,dan belanja, maka perekonomian akan membaik.
Salah satu pengukur kemajuan perekonomian adalah indeks kepercayaan konsumen. Indeks ini makin tinggi bila konsumen optimistis. Konsumen yang optimistis artinya konsumen yang makin berani berbelanja. “Jadi, kita dianjurkan untuk boros?” sela Bu Oemi. Ekonom tak pernah bicara secara terang-terangan bahwa masyarakat harus boros. Tetapi, mereka akan senang bila masyarakat banyak berbelanja. Apalagi, di Indonesia, konsumsi rumah tangga menunjang kira-kira 60% pendapatan nasional. Coba lihat kebijakan pemerintah yang menurunkan suku bunga, atau membuat suku bunga tetap rendah.
Tujuannya adalah agar orang lebih banyak meminjam. Suku bunga yang rendah sesungguhnya adalah hukuman untuk orang yang suka menabung, apalagi di tengah cepatnya kenaikan harga. “Bagaimana dengan kesejahteraan masyarakat Indonesia? Bagaimana dengan derajat kesehatan, tingkat pendidikan, kerusakan lingkungan, frustrasi karena macet, rasa aman, dan jaminan sosial termasuk jaminan hidup di masa tua?” terlintas Bu Oemi akan mengajukan pertanyaan ini. “Sebagian besar ekonom, termasuk yang di Indonesia, sudah sadar bahwa pembangunan ekonomi bukan sekadar pertumbuhan ekonomi. Kami semua sudah belajar akan hal itu.
Tetapi, ketika tiba pada pengukuran pembangunan ekonomi, banyak di antara kami yang terjebak dengan konsentrasi pada pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, muncul pengukuran dengan variabel yang lucu-lucu tadi, seperti penjualan mobil, penjualan semen, jumlah izin mendirikan bangunan, dan jumlah turis asing.Variabel itu dipilih semata karena variabel ini berkorelasi kuat dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Orientasinya memang pertumbuhan ekonomi. Dampak negatif tidak dilihat sama sekali.” Saya lalu ingat pada pengajaran ilmu ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia. Pelajaran teori ekonomi mikro dimulai dengan kuliah bagaimana memaksimalkan kepuasan, yang sering disebututility.
Kemudian diperkenalkan pendapatan sebagai kendala utama meningkatkan kepuasan tersebut. Nah, para mahasiswa lalu belajar bahwa peningkatan pendapatan itu hal yang terpenting dalam perekonomian. Dalam teori ekonomi makro, mula-mula mahasiswa diajarkan bagaimana mengukur pendapatan nasional dengan segala kelemahannya sebagai indikator kesejahteraan. Namun, pelajaran selanjutnya tidak pernah lagi mengingat kelemahan tersebut. Semua diskusi terfokus pada bagaimana meningkatkan pendapatan nasional, tidak peduli pada dampak negatif dari proses peningkatan pendapatan nasional dan kelemahan pengukuran tersebut.
“Jadi, wajar bila sebagian ekonom terobsesi dengan pertumbuhan ekonomi. ” Saya merenung, saya belum tahu apa yang harus saya jawab kalau nanti saya benar-benar bertemu Bu Oemi, “Jadi, apa arti kemajuan perekonomian Indonesia?”
Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup dipertimbangkan oleh perekonomian dunia. Hal ini dapat dilihat dengan diundangnya Indonesia ke pertemuan kelompok 8-plus (G8plus) di Kyoto Jepang pada bulan Juli 2008 bersama beberapa negara yang disebut BRIICS (Brasil, Rusia, India, Indonesia dan South Africa). Pada tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000, bahkan pada tahun 2009, GDP Indonesia ditetapkan di atas angka 5.000 triliun Rupiah atau setara dengan US$ 555 milyar. Angka-angka ini cukup mendukung estimasi bahwa pada tahun 2015 Indonesia sudah menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia dengan GDP di atas US$ 1 triliun. Namun masih banyak hambatan yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia untuk menuju kesana, misalnya; kondisi infrastruktur perekonomian (seperti jalan, jembatan, pelabuhan dan listrik), tingginya angka pengangguran (kisaran 9%), tingginya inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga energi dunia (sudah menyentuh 11,,%), belum optimalnya kedatangan FDI ke Indonesia, belum optimalnya peranan APBN sebagai stimulus ekonomi (belum ekspansif).
Beberapa permasalahan ekonomi Indonesia.
Beberapa permasalahan ekonomi Indonesia yang masih muncul saat ini dijadikan fokus program ekonomi 2008-2009 yang tertuang dalam Inpres Nomor 5 tahun 2008 yang memuat berbagai kebijakan ekonomi yang menjadi target pemerintah yang dapat dikelompokkan ke dalam 8 bidang yaitu: (i) investasi, (ii) ekonomi makro dan keuangan, (iii) ketahanan energi, (iv) sumber daya alam, lingkungan dan pertanian, (v) pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), (vi) pelaksanaan komitmen masyarakat ekonomi ASEAN, (vii) infrastruktur, dan (viii) ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.
Analisis singkat atas kondisi ke-delapan bidang yang menjadi paket kebijakan ekonomi tahun 2008-2009 adalah sebagaimana berikut ini:
1.    .Iklim investasi.
Realisasi investasi yang telah dikeluarkan oleh BKPM berdasarkan Izin Usaha Tetap PMDN pada periode 1 Januari s/d 31 Desember 2007 sebanyak 159 proyek dengan nilai realisasi investasi sebesar Rp. 34.878,7 miliar (34,88 triliun Rupiah). Sedangkan realisasi Investasi yang telah dikeluarkan oleh BKPM berdasarkan Izin Usaha Tetap PMA (FDI) pada periode 1 Januari s/d 31 Desember 2007 sebanyak 983 proyek dengan nilai realisasi investasi sebesar US$. 10.349,6 juta (US$ 10,34 milyar).
Dibandingkan dengan FDI global yang selama 2007 mencapai rekor sebesar US$ 1.500 milyar dan FDI yang masuk ke Amerika Serikat sebesar US$ 193 miliar, nilai FDI yang masuk ke Indonesia masih sangat rendah yaitu 0,66% terhadap FDI dunia dan 5,18% terhadap FDI ke Amerika Serikat. Walau demikian, masuknya FDI ke Indonesia pada tahun 2007 ini jauh lebih baik dibandingkan dengan masa puncak pra krisis yaitu tahun 1996-1997 yang hanya mencapai US$ 2,98 miliar (1996) dan US$ 4,67 miliar (1997).Menurut hemat penulis realisasi FDI ke Indonesia akan dapat lebih meningkat kalau dua faktor kunci untuk masuknya FDI dibenahi yaitu kondisi infrastruktur, dan masalah birokrasi yang bertele-tele.
2.    Kebijakan ekonomi makro dan keuangan
Dari sisi fiskal, pemerintah menerapkan APBN yang cukup baik yaitu dengan sedikit ekspansif walau masih sangat berhati-hati. Hal ini terlihat dari defisit RAPBN tahun 2009 sebesar Rp 99,6 triliun atau 1,9 persen dari PDB (Kompas 15 Agustus 2008), walau defisit APBN masih dapat ditolerir sampai angka 3% (berdasarkan golden rule) . Pada tahun 2009 anggaran yang digunakan untuk belanja modal tercatat sebesar Rp 90,7 triliun lebih besar dari belanja barang sebesar Rp 76,4 triliun (Kompas 15 Agustus 2008). Total belanja pemerintah pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar Rp1.022,6 triliun yang diharapkan lebih berperan dalam menstimulus ekonomi untuk mencapai target pertumbuhan di atas 6,5%. Pemerintah juga pada tahun 2009 berencana untuk memberikan empat macam insentif fiskal yaitu (i) Pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dalam jumlah dan waktu tertentu kepada investor yang merupakan industri pionir. (ii) Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), khususnya untuk bidang usaha tertentu pada wilayah atau kawasan tertentu. (iii) Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor barang modal atau mesin serta peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu. (iv) Pemerintah mengubah perlakuan PPN atas sebagian barang kena pajak yang bersifat strategis dari yang semula ”dibebaskan” menjadi tidak dipungut atau ditanggung pemerintah.
Dari sisi moneter, Bank Indonesia dengan instrument BI-rate cukup berhasil untuk mengendalikan inflasi, khususnya core inflation sejak BI rate diterapkan pada tahun 2005. Namun inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga energi dan terganggunya masalah distribusi terutama akibat naiknya harga gas, premium, solar, dan makanan (volatile food) membuat tahun 2008 ini tingkat inflasi cukup tinggi yaitu untuk Januari-Agustus 2008 tercatat 9,4 persen, dan inflasi Agustus 2007-Agustus 2008 mencapai 11,85 persen. Menghadap hal ini BI melakukan antisipasi dengan menaikan BI rate pada bulan-bulan terakhir sampai September 2008, dan saat ini BI rate sudah mencapai 9,25%. Tingginya BI rate ini memang diharapkan dapat menekan angka inflasi namun disisi lain akan berpengaruh terhadap sektor riil karena kenaikan BI rate berakibat terhadap peningkatan tingkat bunga pinjaman di bank-bank komersial.
3.    Ketahanan energi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa harga energi dunia terus berfluktuasi dan sangat sulit untuk diprediksi. Pada tahun 2008 harga minyak dunia bahkan sudah mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 147 per barel pada 11 Juni lalu. Walau saat ini menurun pada kisaran US$ 106, bahkan hari ini tanggal 10 September 2008 harga minyak telah turun dibawah US$ 100 (detik.com). Hal ini sangat berbahaya bagi ketahanan energi nasional karena kita tahu bahwa ,sebagai input, naiknya harga energi akan berdampak terhadap kenaikan biaya produksi dan harga jual. Disamping kenaikan biaya produksi dan harga jual akan mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar internasional apalagi pada saat ini sedang terjadi penurunnya daya beli masyarakat internasional akibat inflasi yang meningkat hampir disemua negara tujuan utama ekspor Indonesia yaitu Amerika Serikat, Negara Eropa (EU), dan Asia Timur (Jepang, Korea Selatan dan China). Dalam rangka ketahanan energi ini, pemerintah melakukan diversifikasi energi dengan misalnya memproduksi bio-fuel yang merupakan pencampuran produk fosil dengan nabati (minyak kelapa sawit). Namun muncul kendala program ini karena saat ini harga komoditi yang menggunakan bahan baku kelapa sawit mengalami kenaikan yang luar biasa yaitu Crude Palm Oil (CPO). Akibatnya, produsen kelapa sawit menjadi gamang dalam menggunakan kelapa sawit apakah untuk digunakan sebagai bio energy atau untuk menghasilkan CPO yang ditujukan untuk ekspor. Beberapa pengamat mengatakan sebaiknya Indonesia lebih mengembangkan energy geothermal (panas bumi) yang cadangannya sangat berlimpah di Indonesia (terbesar di dunia) karena biaya investasi yang mahal untuk investasi energi pada geothermal ini akan di offset oleh turunnya subsidi pemerintah untuk bahan bakar minyak karena adanya peralihan penggunaan energi dari minyak ke geothermal.
4.    Kebijakan sumber daya alam, lingkungan dan pertanian
Indonesia beruntung memiliki sumber daya alam yang melimpah baik bahan tambang, hutan, pertanian, hasil laut, dan cahaya matahari yang sepanjang tahun. Untuk itu, sumber daya alam yang ada harus dikelola dengan baik bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat (welfare). Sejauh ini Indonesia telah memanfaatkan banyak bahan tambang bagi pertumbuhan ekonomi seperti minyak bumi, batubara, gas, bijih besi, emas, nikel, timah dan lain sebagainya. Namun pemanfaatan sumber daya alam ini membawa dampak negatif (negative externalities) terhadap lingkungan berupa penggundulan hutan penghancuran bukit-bukit yang tentunya berdampak sangat negatif terhadap kondisi lingkungan. Disisi pertanian, walau banyak kemajuan yang dicatat Indonesia masih mengimpor beras, dan produk pertanian lain seperti kedele, dan hasil perkebunan (gula). Ditargetkan pada tahun 2009, Indonesia sudah dapat berswasembada beras dan gula.
5.    Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini merupakan sektor ekonomi yang cukup tangguh terutama pada saat krisis ekonomi 1998 dimana banyak pelaku ekonomi besar bertumbangan. Beberapa program yang akan diterapkan oleh pemerintah menyangkut pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini adalah peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan dengan (i) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada sumber pembiayaan. (ii) Memperkuat sistem penjaminan kredit bagi UMKM. (iii) Mengoptimalkan pe-manfaatan dana non perbankan untuk pemberdayaan UMKM. Disamping itu akan dilakukan juga pengembangan kewirausahaan dan sumber daya manusia (SDM) dengan (i) Meningkatkan mobilitas dan kualitas SDM. (ii) Mendorong tumbuhnya kewira-usahaan yang berbasis teknologi. Hal lainnya adalah peningkatan peluang pasar produk UMKM dengan (i) Mendorong berkembangnya institusi promosi dan kreasi produk UMKM. (ii) Mendorong berkembangnya pasar tradisional dan tata hubungan dagang antar pelaku pasar yang berbasis kemitraan. (iii) Mengembangkan sistem informasi angkutan kapal untuk UMKM. (iv) Mengembangkan sinergitas pasar. Terakhir adalah reformasi regulasi dengan (i) Menyediakan insentif perpajakan untuk UMKM. (ii) Menyusun kebijakan di bidang UMKM.
6.    Pelaksanaan komitmen masyarakat ekonomi ASEAN.
Sebagai anggota penting ASEAN Indonesia berkomitmen untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan oleh organisasi yaitu pelaksanaan komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community – AEC). Beberapa langkah ke depan adalah (i) Komitmen AEC untuk Arus Barang Secara Bebas (ii) Komitmen AEC untuk Arus Jasa Secara Bebas (iii) Komitmen AEC untuk Arus Penanaman modal Secara Bebas (iv) Komitmen AEC untuk Arus Modal Secara Bebas (v) Komitmen AEC untuk Arus Tenaga Kerja Terampil Secara Bebas (vi) Komitmen AEC untuk Perdagangan Makanan, Pertanian, dan Kehutanan (vii) Komitmen AEC untuk Menuju Kawasan Ekonomi Yang Kompetitif (viii) Sosialisasi Pelaksanaan Komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
7.    Infrastruktur.
Sebagaimana disinggung di depan, kondisi infrastruktur ekonomi Indonesia berada pada titik yang nadir. Kalau pada masa orde baru, kondisi infrastruktur Indonesia mengalami titik puncak, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi infrastruktur yang ada sudah tidak lagi memadai. Belum lagi kondisi infrastruktur yang kualitasnya menurun seiring berjalannya waktu. Banyaknya jalan dan jembatan yang rusak ini tidak terlepas dari masa-masa sulit APBN kita yang sampai tahun 2004 lebih dikonsentrasikan kepada pembayaran hutang dan belanja barang dan gaji pegawai. Di tahun 2009, perlu ditingkatkannya belanja pemerintah untuk keperluan infrastruktur ini disamping menerapkan KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta) untuk membangun jalan, jembatan, pelabuhan, perlistrikan, telekomunikasi dan lain-lain.
8.    Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.
Masalah pengangguran di Indonesia masih menjadi masalah ekonomi utama yang sampai saat ini belum bisa diatasi. Sampai tahun 2008, tingkat pengangguran terbuka masih berada pada kisaran 9% dari jumlah angkatan kerja atau berada pada kisaran 9 juta orang. Sebagaimana kita ketahui, bahwa terjadi perubahan patern perekonomian paska krisis dari usaha yang padat karya ke usaha yang lebih padat modal. Akibatnya pertumbuhan tenaga kerja yang ada sejak tahun 1998 s/d 2004 terakumulasi dalam meningkatnya angka pengangguran. Dilain sisi, pertumbuhan tingkat tenaga kerja ini tidak diikuti dengan pertumbuhan usaha (investasi) yang dapat menyerap keberadaannya. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia yang pada puncaknya di tahun 2004 mencapai tingkat 10% atau sekitar 11 juta orang. Untuk menangani masalah pengangguran ini pemerintah perlu memberikan fasilitas baik fiskal, perkreditan, maupun partnership untuk menciptakan usaha yang bersifat padat karya dalam rangka menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada.
Menyangkut masalah ketransmigrasian ada yang berubah pada penanganannya dibandingkan dengan masa orde baru. Kala itu program transmigrasi berjalan dengan sangat gencar dengan hasil yang bervariasi. Di satu daerah program transmigrasi berjalan baik tapi di daerah lain mengalami kegagalan, namun secara keseluruhan program transmigrasi berjalan lumayan. Paska krisis, program transmigrasi kelihatannya mati suri atau sudah hampir tidak lagi terdengar gaungnya. Apalagi sejak berlakunya otonomi daerah dimana kewenangan mengatur daerah diserahkan kepada pemerintah daerah, termasuk mengatur datangnya penduduk dari luar daerah.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai pemuda dan pemudi indonesia sudah sepatutnya kita bangga terhadap negara kita tercinta yaitu indonesia.Keindahan alamnya,keramahtamahan penduduknya,hasil buminya yg kaya dan beragam dan sebagainya patut kita banggakan kepada negara lain.
Walaupun korupsi masih merajalela dimana2,masih bnyk warga'a yg kekurangan dan blm mendapat pekerjaan,tingkat kriminalitas yang masih cukup tinggi,perekonomiannya yg tidak menentu tidak lantas membuat kita melupakan tanah air kita tercinta ini.
Kita sebagai pemuda pemudi indonesia mempunyai peranan yg cukup tinggi untk kemajuan negara indonesia,maka dari itu marilah kita mulai dari sekarang memikirkan bagaimana indonesia bisa lebih maju lagi dari sekarang.

Daftar Pustaka
Basri Faisal .1995 Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI, Depok: Erlangga
http://zeki.nireblog.com/post/2008/09/19/beberapa-permasalahan-dan-solusi-perekonomian-indonesia






Tidak ada komentar:

Posting Komentar